Siapa yang tidak kena R4isa akhir-akhir ini. Timeline penuh, semua akun gosip bersorak, semua bapak-bapak pura-pura kuat padahal lirih memutar lagu Kali Kedua di kamar mandi.
Di tengah situasi bangsa yang masih berkabung ini, saya mungkin adalah orang yang paling tidak siap menerima kenyataan… terutama kenyataan yang terjadi di WhatsApp saya.
Saya sebenarnya punya cerita lama soal R4isa. Ini alasan kenapa semuanya terasa makin janggal kemarin.
Beberapa tahun lalu saya pernah terlibat proyek musik bersama R4isa. Project kecil, tapi memorable. Dan karena project itu, kami sempat cukup sering komunikasi.
Chat, voice note, revisi, kirim file, sampai koordinasi jadwal. Tidak ada apa-apa di antara kami. Murni kerja profesional. Tapi tetap saja, mengobrol dengan artis sekelas itu membuat saya bangga dan deg-degan saat itu.
Setelah project selesai, semuanya selesai juga. Tidak ada lagi kontak. Tidak ada chat pribadi. Tidak saling sapa.
Dunia kami kembali berjalan masing-masing. Bertahun-tahun berlalu sampai akhirnya saya lupa pernah satu project dengan dia.
Sampai HP saya kemarin mendadak bergetar.
Notifikasinya jelas tertulis: R4isa.
Foto profil wanita cantik berambut panjang, senyum tipis. Kombinasi yang membuat detak jantung saya meningkat ke level darurat nasional.
Saya buka pesannya.
Isi chatnya bikin saya bengong beberapa detik.
Di kepala saya langsung bergema 3 opsi tindakan darurat:
- Baca ayat kursi
- Baca doa sapu jagat
- Atau baca situasi dulu sebelum hidup saya tamat
Saya memilih opsi ketiga. Saya jawab chat itu dengan netral, hati-hati, sopan, menjaga jarak, seperti orang yang sedang berjalan di lantai es tipis.
Saya kira selesai. Ternyata HP kembali bergetar. Chat keduanya jauh lebih mengguncang jiwa.
Isi kalimatnya seperti diciptakan untuk memancing dosa, memancing masalah rumah tangga, dan memancing obituari seorang suami di grup WA keluarga.
Saya sempat menatap layar lama sekali. Antara takut salah balas atau takut istri tiba-tiba muncul di belakang tanpa suara.
Saya balas sebijak mungkin, dengan bahasa paling aman untuk kehidupan pernikahan.
Setelah saya kirim jawaban, hening. Saya menunggu. Tidak ada balasan. Deg-degannya bukan main. Saya hampir mau telpon polisi cyber.
Beberapa menit kemudian akhirnya ada respons. Dan di saat itulah hidup saya terasa seperti plot twist sinetron jam 7 malam.
Yang tadinya terdengar seperti godaan paling berbahaya tahun ini
ternyata…
promo cilok.
Iya, cilok.
Chat genit ala drama percintaan itu ternyata cuma strategi marketing UMKM.
Saya baca berkali-kali untuk memastikan ini bukan delusi saya. Chat mancing badai itu murni trik jualan cilok pedas level 1 sampai level 5.
Saya sampai nggak tahu harus marah, ketawa, atau pesan sekarang juga.
Karena campuran emosi yang tidak stabil itu, akhirnya saya memutuskan untuk checkout satu box cilok pedas level 1.
Saya takut kalau pesan level 5 nanti chat promosinya makin flirty dan pernikahan saya langsung K.O.
Masalah hampir selesai. Sampai istri tiba-tiba muncul dari belakang.
“Siapa itu? Kok kamu senyum waktu ngetik?”
Darah saya turun 14 derajat Celsius. Saya tarik napas panjang.
“R4isa.”
Istri langsung menatap saya dengan tatapan audit forensik.
Saya buru-buru menambahkan.
“R empat isa. Bukan Raisa. Jual cilok. Aku hampir kiamat barusan.”
Istri menatap chat di layar, lalu menarik kesimpulan yang sangat cepat.
“Kamu pesan cilok kenapa pakai panik segala.”



0Komentar
Silahkan memberi komentar sesuai isi artikel yah. Mohon maaf spam dan link aktif akan dihapus. Terima kasih sobat...👍👍👍